Jumat, 14 Desember 2012

Sejarah Habib di Indonesia



Oleh: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary

Bismillah,
 Tentang Habaib yang banyak di Indonesia, perlu diketahui bahwa asal-usul mereka adalah dari Hadramaut (Yaman Selatan). Memang sebagian besar dari mereka mengaku keturunan Ali bin Abi Thalib, sebab itulah mereka juga disebut Bani Alawi atau Alawiyyin (sebagaimana yang diakui oleh sdr. Novel Alaydrus dalam bukunya: Jalan Nan Lurus, Sekilas Pandang Tarekat Bani Alawi). Tapi saya tidak berani memastikan apakah semua yang ngaku ‘habib’ berarti keturunannya Ali.

 Tentang akidah mereka, menurut penulis kitab Idaamul Quut fi Dzikri Buldaani Hadramaut, yang juga ‘habib’, namanya Abdurrahman bin Ubeidillah Assegaf (w. 1375 H), dalam halaman 897 beliau mengatakan bahwa orang-orang Alawiyyin di Hadramaut terbagi dalam tiga periode:

 Pertama, sejak leluhur mereka yang bernama Ahmad bin Isa Al Muhajir hingga Al Faqih Al Muqaddam. Al Muhajir, yakni yang hijrah dari Irak ke Hadramaut dan menjadi cikal bakal Alawiyyin di sana. periode ini menurut beliau masih berpenampilan seperti para sahabat dan memanggul senjata, singkatnya mereka masih berakidah Ahlussunnah wal jama’ah.

 Periode kedua, adalah sejak Al Faqih Al Muqaddam ke Al Aydrus. Al Faqih Al Muqaddam adalah tokoh mereka yang pertama kali meletakkan senjata dan menganut tasawuf.

Selasa, 04 Desember 2012

Selasa, 13 November 2012

Astaghfirullah..Ikhwan dan Akhwat Bezina.

Kemarin malam, saya berkunjung ke tempat teman, eks teman satu wisma dulu. Beliau dulunya dari fakultas teknik. Meskipun demikian, kesibukannya kini bukan di perusahaan, karena ia memilih untuk menyibukkan diri dengan menghafalkan Al-Qur’an. Bahkan, bukan hanya menghafalkan Al-Qur’an semata, tetapi beliau juga berazzam untuk mengambil sanad minimal satu dari 10 qiraat.
Secara pribadi, saya paling suka kalau main ke tempat beliau, karena “pembicaraannya” tidak seperti pembicaraan manusia pada umumnya. Banyak nasehat yang dinukil dari kalamullah, hadits, atau petuah salaf sehingga membuat hati tidak bosan untuk mengambil faidah. Demikianlah persangkaan saya berdasar dzahir yang saya lihat, dan tidak bermaksud menyucikan seorang pun di hadapan Allah ta’ala.

Maka, tanpa terasa kunjungan saya pun sampai terlalu larut hingga jam dinding menunjukkan waktu hampir pukul dua belas malam. Di antara nasehat terakhir sebelum berpisah; beliau mewanti-wanti untuk menjauhi tempat-tempat dan sebab-sebab fitnah yang merusak. Katanya, nabi memberikan pesan bahwa jika seseorang mendengar kemunculan Dajjal di akhir zaman nanti, jangan penasaran untuk melihatnya, tetapi begitu mendengar nama Dajjal, segeralah lari menjauh. Ini juga merupakan petunjuk bahwa kita jangan main-main dan merasa aman dari fitnah yang merusak. Seseorang yang lama belajar agama, tidak bisa dijamin dirinya akan selamat di akhir hidupnya nanti. Maka, jauhilah fitnah yang merusak sejauh mungkin, jangan coba-coba penasaran lalu mencicipi masuk ke dalamnya.

Terdapat sebuah kisah nyata yang belum lama ini terjadi, ada seorang ikhwan, kesibukannya adalah menghafal Al-Qur’an, bahkan katanya sudah disebut hafizd. Di tempat lain, ada juga seorang akhwat yang hafizhah.

Curahan Hati Sang Ustadz

DILEMA USTADZ (suara hati seorang dai), ia berkata :
 Aku bangga menjadi pewaris para nabi...
 Aku bahagia bisa ikut mengemban tugas para nabi...
 Aku bersyukur mengikuti derap langkah para sahabat...
 Akan tetapi...sungguh begitu berat tugas dakwah ini, demi Allah sungguh berat rasanya, serasa sedang mendaki gunung yang terjal.
 Aku selalu menasihati orang lain...yang seharusnya aku adalah orang yang pertama mengerjakannya, akan tetapi....betapa sering aku terlambat mengerjakannya...bahkan kadang aku tdk mengerjakannya...bahkan yang lebih parah kadang aku menyelisihinya...!!!
 Sungguh besar pahala dakwah yang ingin kuraih....akan tetapi sungguh besar pula kemurkaan Allah pada orang yg tdk mengerjakan apa yang ia nasihatkan. Betapa ngeri nasib seorang dai yang melanggar nasehatnya sendiri, usus perutnya terjulur keluar, ia berputar seperti alat penggiling gandum, dipermalukan dihadapan khalayak!!

 Meskipun ancaman begitu ngeri aku harus tetap menyampaikan agama ini...
 Aku dituntut tuk bisa menghiasi kata-kataku, ceramah, dan tulisanku agar bisa menarik dan mudah diterima masyarakat....akan tetapi aku juga diperintahkan utk ikhlas dalam berdakwah, tdk ujub trhdp dakwahku apalagi mengharap pujian dan sanjungan manusia.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Aku Mencintaimu Karena Allah (Uhibbuka Fillah)


حدثنا مسلم بن إبراهيم حدثنا المبارك بن فضالة حدثنا ثابت البناني عن أنس بن مالك
 
Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibraahiim, telah menceritakan kepada kami Al-Mubaarak bin Fadhaalah, telah menceritakan kepada kami Tsaabit Al-Bunaani dari Anas bin Maalik:
أن رجلا كان عند النبي صلى الله عليه وسلم فمر به رجل فقال يا رسول الله إني لأحب هذا
Bahwasanya seseorang sedang berada di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, bersamaan dengan itu ada orang yang lewat di hadapan mereka. Lantas ia menyatakan: “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini (yang baru saja lewat)..”
فقال له النبي صلى الله عليه وسلم أعلمته قال لا قال أعلمه قال فلحقه فقال إني أحبك في الله فقال أحبك الذي أحببتني له
..maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan hal tersebut kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Hendaknya engkau utarakan kepadanya”. Maka ia langsung mengejar orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga mencintaimu Dzat yang engkau mencintai aku karena-Nya).

Ketika Syaikh Sudais Mengatakan,: "ISTAWUUUU ..."!!

APA YANG TERJADI SAAT SYAIKH SUDAIS MENGATAKAN "ISTAWUUUU ..."??
 ***********************************************************
 Salah seorang dai mengajak seorang laki-laki amerika melihat jama'ah masjidil haram.
 Dia pun melihat jumlah yang sangat besar. Lalu terjadilah percakapan berikut:
 Dai : Menurutmu berapa waktu yang dibutuhkan tuk meluruskan barisan mereka ini ?
 Amriki : 2-3 jam.
 Dai : Masjidil Haram ada 4 lantai.
 Amriki : Kalau begitu, butuh 12 jam tuk membuat mereka membentuk barisan lurus.
 Dai : Mereka dari berbagai bangsa dengan bahasa dan tabiat yang berbeda-beda.
 Amriki : Kalau begitu, tidak mungkin mereka bisa diatur menjadi berbaris-baris lurus.
 ......................................
 Di saat itu, terdengar suara Syaikh Sudais "Istawuuuuuuu!!"
 .......................................
 Tidak lebih dari 2 menit seluruh barisan telah rapi !!!!!!!!!!!!
 Amriki menjadi terheran-heran.......!!!!!!!!!!!!
 =====================================================
 Apakah kita telah menghayati salah satu kebesaran umat ini ??

Sabtu, 30 Juni 2012

Arti Sebuah Cinta

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi

Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.

Cinta Sejati Dalam Islam

Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?


Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.

Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?

Sabtu, 23 Juni 2012

Dia Tak Mau Bertanggung Jawab

Assalamu’alaikum,
Ustadz, saya akhwat 23 tahun. Saya sungguh menyesal terhadap hubungan saya dengan seorang ikhwan. Saya menyesal karena telah melakukan dosa besar (zina). Saya sungguh-sungguh telah bertaubat, memohon ampun pada Allah ta’ala. Saat ini, ikhwan tersebut pun telah menyesali perbuatannya, namun dia ingin memutuskan hubungan dengan saya. Padahal, rencana pernikahan telah disusun. Dia bilang, saya lebih pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik di bandingkan dengan dia. Karena dia takut, keturunan kami nanti menjadi keturunan yang sama seperti orang tuanya.
Saya telah meminta pertanggungjawaban dia untuk menikahi saya dan membuat semua ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, walaupun saya tidak sampai hamil dan saya masih perawan, saya merasa tetap dialah yang wajib bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi pada kami. Namun, dia tetap mengatakan bahwa saya lebih pantas bagi laki-laki yang lebih baik dari dia.

Saya hanya takut, aib ini akan terbongkar jika saya tidak menikah dengan dia. Saya juga tidak ingin menyakiti laki-laki yang jelas tidak bersalah untuk menanggung aib saya jika saya menikah dengan orang lain bukan dengan dia. Saya mohon petunjuk dari ustadz…
Apa yang dapat saya lakukan? Saya hanya benar-benar ingin dia yang bertanggung jawab, bukan laki-laki lain. Bagaimana caranya saya menjelaskan ini kepada dia, agar dia paham maksud saya hingga dia mau menikahi saya? Terimakasih.
Wassalamu’alaikum
Hamba Allah

Aqidah Salafiyah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah


Profil Radio Rodja 756 AM


Kamis, 03 Mei 2012

Menepis Tuduhan Dakwah Salafiyah Dianggap Dakwah Wahabiyah

 
Benarkah julukan bahwa dakwah Salafiyyah adalah dakwah Wahhabi ?? benarkah bahwa dakwah Salafiyyah adalah dakwah Takfiir? untuk mengetahui jawabannya,

Selasa, 01 Mei 2012

6 Hal Penting Tentang Hamil di Luar Nikah


6 Hal Penting Tentang Hamil di Luar Nikah

Zina adalah perbuatan yang terlarang dalam semua agama samawi. Karena hinanya dosa zina, Islam mengharamkan segala sebab yang bisa mengantarkan pada perbuatan zina. Salah satunya adalah pacaran. Penyakit akut yang telah menimpa remaja muslim saat ini. Wajar saja, jika saat ini banyak gadis SMA dan mahasiswi yang tidak perawan. Allahul musta’an
Diluar pembahasan dosa zina, ada beberapa hal perlu diperhatikan terkait hamil di luar nikah:

Pertama, Janin Hasil Zina Tidak Boleh Digugurkan
 Bagaimanapun proses janin ini muncul, dia sama sekali tidak menanggung dosa orang tuanya. Baik dari hasil zina maupun pemerkosaan. Karena itu, mengganggu janin ini, apalagi menggugurkannya adalah sebuah kezaliman dan kejahatan. Allah berfirman,

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ – بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ

“Dan apabila anak-anak yang dibunuh itu ditanya, dengan sebab dosa apakah dia dibunuh?” (QS. At-Takwir: 8 – 9)

Minggu, 22 April 2012

Rabu, 04 April 2012

Janganlah Menyepelekan Masalah Hutang

Ruh Seorang Mukmin Tergantung Pada Hutangnya Hingga Dilunasi

Di dalam kehidupan sehari-hari ini, kebanyakan manusia tidak terlepas dari yang namanya hutang piutang. Sebab di antara mereka ada yang membutuhkan dan ada pula yang dibutuhkan. Demikianlah keadaan manusia sebagaimana Allah tetapkan, ada yang dilapangkan rezekinya hingga berlimpah ruah dan ada pula yang dipersempit rezekinya, tidak dapat mencukupi kebutuhan pokoknya sehingga mendorongnya dengan terpaksa untuk berhutang atau mencari pinjaman dari orang-orang yang dipandang mampu dan bersedia memberinya pinjaman.

Dalam ajaran Islam, utang-piutang adalah muamalah yang dibolehkan, tapi diharuskan untuk ekstra hati-hati dalam menerapkannya. Karena utang bisa mengantarkan seseorang ke dalam surga, dan sebaliknya juga menjerumuskan seseorang ke dalam neraka.

HUKUM HUTANG PIUTANG:

Hukum Hutang piutang pada asalnya diperbolehkan dalam syariat Islam. Bahkan orang yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang disukai dan dianjurkan, karena di dalamnya terdapat pahala yang besar. Adapun dalil-dalil yang menunjukkan disyariatkannya hutang piutang ialah sebagaimana berikut ini:

Dalil dari Al-Qur’an adalah firman Allah : “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)

Sementara dari Ijma’, para ulama kaum muslimin telah berijma‘ tentang disyariatkannya hutang piutang (peminjaman).

Adapun hukum berhutang atau meminta pinjaman adalah diperbolehkan, dan bukanlah sesuatu yang dicela atau dibenci, karena Nabi r pernah berhutang. (HR. Bukhari IV/608 (no.2305), dan Muslim VI/38 (no.4086)).

Rabu, 29 Februari 2012

Pijakan Seorang Muslim di Tengah Gelombang Fitnah

Derasnya gelombang fitnah yang melanda kaum muslimin saat ini membuat sekian banyak kebingungan di tengah umat dan bahkan terbawa oleh arus fitnah tersebut. Sehingga wajarlah kalau timbul berbagai macam kerusakan dan menambah volume fitnah. Mohon terangkan bagaimana sikap seorang muslim dalam menghadapi fitnah menurut syariat Islam!

Jawaban:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur`an Al-Karim,

“Takutlah kalian kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim diantara kalian secara khusus.” [ Al-Anfal: 25 ]

Ayat ini merupakan pokok penjelasan dalam fitnah. Karena itu Imam Al-Bukhary dalam Shahih -nya memulai Kitabul Fitan (kitab penjelasan tentang fitnah-fitnah) dengan penyebutan ayat ini.

Firman Allah Ta’ala, “Takutlah kalian kepada fitnah …,” menunjukkan kewajiban seorang muslim untuk berhati-hati menghadapi fitnah dan menjauhinya dan tentunya seseorang tidak bisa menjauhi fitnah itu kecuali dengan mengetahui dua perkara:

1. Apa-apa saja yang dianggap fitnah di dalam syariat Islam.

2. Pijakan, cara atau langkah dalam meredam atau menjauhi fitnah tersebut.