Selasa, 28 Juni 2011

Pemuda yang Mendapatkan Naungan Allah Ta’ala

Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Maka ini merupakan nikmat besar dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha Allah Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya dalam diri manusia, nikmat inipun nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

{أَلا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}

“Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar (dasyat), (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (Allah Ta’ala)” (QS al-Muthaffifiin: 4-6).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana di mengamalkan ilmunya”[1].

Akan tetapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia mengalami keguncangan dalam hidup dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut[2].

Minggu, 26 Juni 2011

Berhenti Berharap dan Berhenti Memberi Harapan.

Ketika Allah menghendaki kami sebuah pertemuan, aku mengagumi pribadinya yang sederhana dan shalihah. Siapa sangka ternyata dia pun menyimpan rasa yang sama. bahkan akupun berniat mengutarakan perasaanku  dengan langsung mengutarakan niat klo aku ingin  mengkhitbahnya…

Namun sayang, cinta itu datang di saat yang belum tepat karena Aku masih punya amanah yang belum terselesaikan. Dan mungkin aku masih harus menanggung amanah itu 1 tahun lagi dan itupun belum pasti tapi aku berharap 1 tahun itu aku bisa mnyelesaikannya.

Lalu, dia bersedia menungguku, menunggu di batas waktu, dan akupun menyetujuinya. Dia akan menjauh dengan dunianya dan akupun akan menjauh dengan duniaku sendiri. Tidak mungkin bagi kami mengikat cinta antara kami dengan hubungan kasih bernama PACARAN. Karena kami berdua faham betul tidak ada tuntunan pacaran dalam islam. Meskipun dalam hati kami takut jika kami tidak dapat bersatu karena tidak ada ikatan antara kami, tapi kami lebih takut pada-Nya jika harus menjalin asmara dalam keadaan kami yang faham syariat Islam.

Jumat, 24 Juni 2011

Pemuda yang Tumbuh dalam Ibadah kepada Allah

 

عن أبي هريرة – رضي الله عنه -: أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال: ((سبعةٌ يظلُّهم الله – تعالى – في ظلِّه، يوم لا ظلَّ إلا ظلُّه: إمامٌ عَدْلٌ، وشابٌّ نَشَأَ في عبادة الله، ورجلٌ معلَّقٌ قلبُه في المساجد، ورجلان تحابَّا في الله؛ اجتمعا عليه وتفرَّقا عليه، ورجلٌ دَعَتْهُ امرأةٌ ذات منصبٍ وجمال فقال: إني أخاف الله، ورجلٌ تصدق بصدقةٍ فأخفاها حتى لا تعلمَ شِماله ما تُنفِقَ يمينُه، ورجلٌ ذَكَرَ الله خاليًا ففاضَتْ عيناه)) رواه البخاري ومسلم

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka dibawah naungan-Nya, di masa tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, laki-laki yang hatinya terpaut di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah; berjumpa dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang perempuan yang terpandang dan cantik, kemudian ia berkata, “sungguh aku takut kepada Allah”, orang yang bersedekah dengan suatu sedekah kemudian ia menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan orang yang mengingat Allah saat sendirian lalu air matanya mengalir.” (HR Bukhari Muslim)